Selasa, 08 Maret 2011

Cara Otak Bekerja

Saya jadi tersenyum membaca anekdot ini, alkisah di sebuah pameran International Neurology Expo di Singapore dijual replika otak asli orang Indonesia, Jepang dan Amerika. Dalam daftar harga, tertera otak manusia Indonesia berharga paling mahal. Salah seorang pengunjung dari tanah air, dengan penasaran dan setengah bangga bertanya, kenapa otak orang Indonesia harganya paling mahal. Karena jarang dipakai, begitu jawaban sang penjaga stan. Ada-ada aja. Tapi apa benar orang Indonesia jarang memakai otaknya untuk berfikir ?

Mungkin karena tidak banyak orang Indonesia yang mamaksimalkan penggunaan otaknya. Pikiran adalah hasil kerja otak. Tingkat kemiskinan yang tinggi di negara kita menjadi salah satu penyebab tingkat pendidikan rendah. Tapi apa benar orang yang berpendidikan tinggi saja yang menggunakan otak untuk berfikir?
Seharusnya kemiskinan pun membuat orang berfikir keras bagaimana mengatasinya.
Atau mungkin karena tingkat kesulitannya dianggap rendah, maka kualitas hasil berfikirnyapun menjadi rendah.

Menurut saya, penggunaan otak untuk berfikir harus juga menggunakan ilmu, agar kualitas hasil pemikiran tetap baik.
Dalam bukunya Brain Rules : Principles for Thriving at Work, Home and School, John Medina, salah satu pakar biologi saraf terkemuka asal Amerika ini, berkisah tentang sejumlah aturan bagaimana sesungguhnya otak kita berkerja dan beroperasi.
1. Exercise Does Enhance Your Brain.
ternyata olahraga secara rutin dan melakukan pergerakan yang aktif memberikan dampak yang amat besar bagi kesehatan otak. Dalam buku itu disebutkan, orang yang rajin berolahraga dan aktif bergerak dalam jangka panjang otaknya akan memiliki kemampuan problem solving dan reasoning yang jauh lebih tangguh dibanding mereka yang malas bergerak dan berolahraga.

2. Multitasking is a myth.
Otak kita bekerja dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak pernah bisa dipaksa bekerja secara paralel. Makanya, risiko kecelakaan yang terjadi pada saat orang mengendarai mobil sambil menulis SMS akan sangat tinggi. Atau, pekerjaan kita tidak akan selesai cepat dan hasilnya tidak akan memuaskan jika kita bekerja sambil membuka twitter.

3. Ten Minutes Attention Span.
Otak kita hanya bertahan untuk menaruh atensi maksimal 10 menit pertama. Setelah itu, konsentrasi kita untuk mendengarkan/ menyimak turun secara signifikan.

4. classroom and cubicle are brain destroyers.
Dua lingkungan yang menurut Medina paling brutal membunuh daya kreasi otak kita adalah : ruang kelas perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran.

Jadi ceritanya ini adalah salah satu bacaan siswa Leadership saya. Saya jadi ikut belajar. Dengan tahu ilmunya, saya harap bisa meningkatkan proses pembelajaran di kelas.

sumber : dari sebuah blog,

Tidak ada komentar: