Senin, 25 April 2011

Buku yang saya baca : Chicken Soup for the Soul - Pelajaran Berharga

Pekan ini saya menyelesaikan membaca buku Chicken Soup for the Soul - Pelajaran Berharga dan kisah-kisah nyata menyentuh lainnya. Cuma beberapa jam, jelas saja, karena buku ini komik gambaran KIM Dongwha, jadi cepat.




Kisah yang diceritakan adalah :
1. Belajar dari kesalahan.
Bercerita tentang Dr. Robert, ilmuwan yang membuat penemuan hebat. Dr Robert bercerita kepada wartawan yang sedang mewawancarainya bahwa yang paling mempengaruhi dia terus berkarya tanpa menyerah adalah : IBUnya. Dr Robert kecil menumpahkan susu yang diambilnya dari kulkas tapi si ibu tidak marah, dengan caranya yang bijaksana, ibu malah memperbolehkan Robert kecil bermain-main dengan tumpahan susu sampai bosan. Sang ibu kemudian meminta Robert bersama-sama membersihkannya. Itupun dengan cara pintar. Robert, apakah kita akan membersihkan dengan menggunakan spons? lap? atau kain pel? mana yang kau sukai? Robert kecil berfikir sejenak. Spons! jawabnya, karena spons akan mengisap tumpahan susu dan mudah memerasnya ke dalam ember.
Kemudian sang ibu mengajak Robert keluar dan mangajarkan bagaimana cara memegang dan memindahkan botol tanpa menjatuhkan dan memecahkannya.

2. Cinta yang tulus
Seorang anak memberikan rincian upah yang harus diberikan ibunya kepada dia karena dia telah memotong rumput (5$), membersihkan kamar (1 $), pergi ke toko (50 sen), mengawasi adik (25 sen), membuang sampah (1$), mengerjakan PR (5 $), menyapu halaman (2$). Total semuanya 14 $ 75 sen.
Ternyata ibu juga menulis hal-hal yang sama untuk anaknya :
"Sepuluh bulan mengandungmu di dalam perutku, gratis.
Berjaga sepanjang malam untuk merawatmu dan berdoa ketika kau sakit, gratis.
Perjuangan dan cucuran air mata karena dirimu, semua gratis.
Kalau dijumlah semua, cintaku untukmu, gratis.
malam-malam yang kuhabiskan untuk mengkhawatirkan dirimu, dan seluruh jam yang kupakai untuk merawatmu tanpa henti, semuanya gratis.
Mainan, makanan, pakaian, dan bahkan menyeka hidungmu, semuanya gratis.
Di luar semua itu, cinta sejatiku untukmu, gratis".

Rabu, 20 April 2011

Pendidikan Leadership 1

"Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan". (Panglima Besar Jenderal Soedirman)

Catatan Kecil Seorang Ibu

Dilema kehidupan (10 Juni 2009)

Aku seorang ibu dengan anak hampir empat.

Masih tak tega dengan satu balita yang dititipkan di pembantu, maka aku titipkan dia di SPB (Sarana Penitipan Balita) di tempatku bekerja.
Alih-alih agar tidak jadi "anak pembantu".
Tapi tetap saja kan... dia tidak dalam asuhanku sepanjang siang. Aku merasa bersalah, tentunya.

Sore hari, aku capek dong pulang kerja...
Aku tak lagi sempat bercanda sebanyak yang anak-anakku mau.

Kadang ocehannya kadang terdengar berisik sekali... padahal mereka minta perhatian aku.
Kadang sikap manjanya terasa sangat menyebalkan... padahal kepada siapa seharusnya mereka bermanja kalau bukan ke aku ibunya...

Aaah...
menjeritlah batinku...
Ini masih tentang satu balita...

Dua lagi, aku titipkan di sekolah full day yang pulang jam 4.
Tega ga sih ?

Satu di TK. satu di SD.
Aku masih berharap mereka menikmati masa sekolahnya. Tapi entahlah, hanya mereka yang tahu...

Yang TK, juga sekolah full day.
mmh... benarkah tindakanku menyekolahkan anak TK di full day school ?

Tapi aku punya pembelaan.
Ini masalah perjuangan hidup.
Mereka harus mandiri. Tidak harus aku menemani mereka dengan keberadaanku.

Aku adalah orang yang penuh semangat. Berdedikasi tinggi. Bercita-cita tinggi. Pekerja keras. Dan aku ingin mereka tahu begitulah cara menghadapi hidup yang ditempuh aku, ibunya.
Aku telah berusaha sekuat tenaga mendampingi bapaknya menemani mereka dengan semangat tinggi.
Kami berharap semangat ini tertanam pada mereka. Bahwa hidup itu penuh perjuangan. Bahwa perjuangan itu adalah proses. Bahwa dengan perjuangan itulah kami mendidik mereka. Bahwa dengan perjuangan itulah kami mencintai mereka.

Kami hanya guru. Dengan gaji yang semua orang tahu. Tapi kami harus mampu membuat mereka berderajat tinggi. Maka inilah perjuangan kami, nak.

Sekolahlah di tempat yang baik. Apa yang ibu bapakmu lakukan itu punya alasan.

Jangan terlindas jaman. Jadilah pejuang sejati.

Ibumu ini masih belajar jadi ibu yang baik. Dalam lelah di pagi, siang, dan sore hari, ibu masih harus belajar membagi diri, bahwa ibu adalah seorang ibu untuk kalian.

Berdoalah untuk ibumu ini nak... bahwa ibu akan jadi ibu sejatinya seorang ibu buat kalian , walaupun cara yang ditempuh para ibu itu berbeda.

Jadilah anak-anak ibu yang penuh bakti dan kasih sayang. Kalianlah investasi ibu dan bapak.

Mungkin banyak hal nanti yang akan membelajarkan kita semua, nak.

Maafkan ibu ya...
Ibu mencintai kalian ...

hari ibu, 22 Desember 2009

sesekali…
ingin aku menjengah kamar hatimu
melihat sesiapa yang ada di situ
tetapi
apalah yang dapat kuberikan
selain tanda ucapan salam

sesekali…
ingin aku mengoyak segala derita
yang kau sembunyikan di balik matamu
menyimpan kepingan-kepingan duka yang melingkari hatimu

sesekali…
ingin aku melemparkan keriangan
dan meragut resah yang kau sembunyikan
agar hidupmu bersemi kembali

namun aku adalah aku
engkau adalah engkau
kita hanyalah pengembara penuh rahsia
aku hanya mampu memberi
sebuah kejujuran dan keikhlasan eorang anak
tidak setanding dengan kebahagiaan yang kau berikan padaku

(from hani, malaysia)

ibu adalah untaian air mata pengharapan
ibu adalah gelisah tiada tara
ibu adalah penantian tak berujung
ibu adalah kebahagiaan tak berpamrih
ibu adalah kasih tiada lelah
ibu adalah jasa tak terbayarkan
ibu adalah doa tak bertirai
ibu adalah cinta tak bertepi

cinta untuk ibu

selamat hari ibu
aku bangga padamu...

22 des 2009

Selasa, 12 April 2011

4 hari sebelum UN

Hari ini saya berikan soal buat anak-anak latihan. Minggu lalu sudah saya infokan hal ini. Respon yang terjadi sama saja, seperti biasa mengeluh dan melenguh.
Saya sisipkan pesan untuk mereka, ini adalah tes untuk mengecek kesiapan mereka menghadapi UN. Saya menyingkirkan kekhawatiran nilai mereka. Santai saja... saya tak perlu nilai kalian. Ternyata mereka lebih enjoy mengerjakan soal.

Saya harus tetap mempersiapkan mental mereka dengan memberikan materi soal-soal sesuai SKL walaupun mereka terlihat sesak dada atau berespon aneh. Berbagai kejadian memang terjadi, menandakan terganggunya kenyamanan mental mereka.
Beberapa orang sakit dan sempat dirawat di rumah sakit. Maka harus diingatkan pada anak-anak yang punya penyakit akut, karena kondisi mereka yang lelah dan stres bisa memicu penyakit tersebut muncul justru di hari yang paling penting buat mereka.

Ujian susulan memang sudah dijadwalkan oleh pemerintah, tapi anak harus punya tameng mental yang dua kali lipat. Karena ujian susulan dilaksanakan bersama di satu sekolah. Entah di mana, pengawasnya entah siapa, pesertanya entah berapa orang. Pastilah suasananya lebih mengerikan.

Kabar duka juga menyelimuti anak-anak saat menjelang UN ini. Salah seorang siswa harus membagi dua kecemasannya, UN dan sang ayah yang sudah beberapa hari koma di rumah sakit. Siswa lainnya tiga hari yang lalu kehilangan sang ibu karena ditinggal menghadap Sang Khalik. Jelas mempengaruhi kejiwaannya. Saat yang penting. Idealnya, ada ibu yang jadi penyemangat, yang jadi pelipur susah, sekarang tak ada.

Luar biasa kejadian-kejadian kairos seperti ini.
Mudah-mudahan mereka diberi kekuatan menghadapi UN, diberi kemudahan menjawab semua soal. Diberi ketenangan saat mengerjakannya. Diberi kesehatan, karena tanpa kesehatan apalah artinya hari-hari damai.

Selamat berjuang ya nak. UN ini bukan akhir segala-galanya, tapi justru langkah awal keberhasilan kalian. Tenanglah menghadapinya. Jadikan ini tantangan yang harus dihadapi. Mudah-mudahan berhasil.

Senin, 11 April 2011

Sebuah perkawinan

Saya harus jadi penasehat perkawinan. Oooh... beratnya.Kalau melihat dari kesanggupan, saya tidak sanggup. Tapi apa boleh dikata. Ini terjadi pada orang yang dekat dengan saya. Saya berkewajiban menyelamatkannya. Posisi saya mau tidak mau hanyalah sebagai seseorang yang sedang mengingatkan, seseorang yang sedang peduli, seseorang yang ingin utuhnya rumah tangga jadi kebanggaan. Bagaimanapun, orang yang sudah menikah adalah orang yang seharusnya sudah memahami konsekuensi pertemuan sebuah perbedaan. Perbedaan adalah sebuah konsekuensi yang pasti ada. Pasti ada.

Perkawinan buat saya adalah sesuatu yang pantas dan wajib dipertahankan, sebuah komitmen yang harus kita ingatkan suatu ketika bahwa itu adalah janji suci. Urusannya dunia akhirat. Berat. Jangan main-main menghadapinya.

Perkawinan itu harus penuh komitmen untuk menyelamatkannya. Dan itu tidak bisa dilakukan hanya dari sebelah pihak. Coba saja bayangkan, jika kita egois dengan harus selalu mengusung keinginan kita, kasihan sekali suami atau istri kita. Begitu juga sebaliknya, jika kita ditakdirkan bertemu dengan orang yang merasa semua keinginannya harus selalu terjadi.

Sebenarnya saya ngeri membayangkan segala sesuatu dalam serunya perkawinan.
Untuk menikah saja, dulu perjuangan saya dan suami betapa panjangnya. Diawali dengan belum adanya pekerjaan tetap, kemudian bisnis yang bangkrut, dan berbagai kesusahan lainnya. Sekarang, setelah bertahun-tahun kita menyelamatkannya dengan berbagai perjuangan kita, haruskah kita melepaskannya begitu saja?

Jatuh bangun, susah payah, harusnya menjadi salah satu pengingat betapa kita sebenarnya sebuah tim yang kompak. Justru, bayangkanlah sebaliknya, jika semua terjadi mulus-mulus saja, tentu kita tidak akan terlatih bagaimana menghadapi berbagai cobaan.

Bertahun-tahun hidup bersama, semoga menjadi bekal untuk kita memahami pasangan hidup. Betapa egoisnya kita atau betapa egoisnya pasangan kita, semua kita yang tahu. Refleksikan saja dengan perasaan mengalah. Mengalah dalam rumah tangga adalah luar biasa pentingnya. Menjadi salah satu modal untuk bertahan.

Kunci yang berikutnya adalah menghargai pasangan lebih dari siapapun. Kita memang harus menghormati orang tua, orang lain, anak, tetangga, atau siapapun, tapi beri penghargaan lain untuk pasangan kita dengan tidak menjatuhkannya atau menempatkannya di bawah orang lain. Suami atau istri adalah orang yang spesial. Buat saya ini juga hal yang penting. Karena sampai setua inipun saya masih sering merasa tersaingi oleh keberadaan mertua atau anak atau bosnya suami atau siapapun yang ditempatkan lebih tinggi dari saya. Maka untuk keselamatan, tempatkan saya tinggi, berbeda dari tempat orang lain. Begitupun dengan pasangan, tempatkanlah di tempat yang tak terjangkau dan terganggu orang lain.

Dan yang terakhir, jangan lupa berdoa. Ada hal-hal yang kita tak bisa menghindar darinya. Misalnya ketika pasangan tak cinta lagi setelah apapun yang kita lakukan. Apa yang bisa perbuat? Berdoa adalah salah satu bentuk kepasrahan kita agar Yang Kuasa tetap menjaga keluarga kita. Berdoa adalah salah satu bentuk permohonan kepada Tuhan untuk ikut campur manjaga hati kita agar tetap penuh cinta. Berdoa adalah membiarkan Allah tetap menghunjamkan cinta pada hati kita masing-masing dan menjaganya utuh untuk keluarga kita. Bukan untuk orang lain.

Jangan selingkuh, bayangkan kalau orang yang kita cintai diperlakukan sama. Bayangkan jika itu terjadi sama anak perempuan kita, sama saudara perempuan kita, sama ibu kita...

Kamis, 07 April 2011

i'm dbieters

Saya sedang merasa sangat kangen sama Obiet. Penyanyi jebolan idola cilik 2.
Awal suka sama Obiet, karena perasaan saya, wajahnya mirip Ndun, anak saya yang kedua.

Obiet jadi andalan saya dalam setiap penampilan penyeleksian Idola Cilik 2 waktu itu.
Sampai akhirnya obiet harus tersisih di urutan 4. Saya menangis. Sediiiiiiiiiiiiih banget. Saya merasakan kekalahan anak saya.

Tak terasa, sekarang Obiet sudah besar. Sudah SMP. Kelas 7 di SMPN 2 Temanggung. Rupanya Obiet ini anak yang cerdas,lulus dengan predikat yang baik.
Pantaslah, otak kanan dan kirinya jalan seimbang.

Suaranya, ekspresinya, luar biasa. Di samping memang anaknya keren. Ganteng. Kalem.

Suatu ketika, ingin rasanya ketemu Obiet.



untuk obat rindu: http://www.obietpanggrahito.net/home/