Senin, 28 Februari 2011

cerita dari buckingham palace

Berita asik buat saya. Tanggal 29 April 2011, Pangeran William dan Kate Middleton akan menikah. Hari itu akan menjadi hari libur nasional Inggris.

William dan Kate Middleton yang sama-sama berusia 28 tahun, bertunangan di Kenya, Oktober baru lalu, ketika mereka sedang berlibur.

Entah mengapa, cerita negeri dongeng tersebut bagaikan cerita dalam mimpi tetapi nyata adanya.

Saya juga sering membuka kembali berita tentang Lady Di jaman dulu. Ibu yang menginspirasi, tapi harus tewas dalam sebuah kecelakaan.

Sedih sekali ketika Lady Di meninggal. Meninggalkan 2 anak yang masih kecil. saya jadi teringat cerita Bayu dan Bundan.







Kamis, 24 Februari 2011

Saudara, darah kita sama

Itulah yang membuat saya merasa selalu rindu. Puluhan bahkan ribuan kilometer jarak yang memisahkan kita.
Seperti sekarang, menyelusup rasa kangen. Membuat air mata menitik.
Saya sering teringat masa kecil. Makan jongkok bersama di dapur yang belum jadi. Atau suasana warung ibu kita.
Atau suasana lebaran.
Atau suasana nonton tivi bersama.
Atau saat membawa poci dari pangumbahan.
Atau pulang bersama malam harin sehabis menemani ibu kita jualan.
Luar biasa.
Saya rindu.
Semoga semua memberikan kabar sehat dan baik.






Terutama buat mamih, ibu yang luar biasa.
Luar biasa.

Selamat Ulang Tahun, Fardhan Hanif, 25 Pebruari 2011, 4 tahun

Saya agak kaget ketika bertanya ke salah satu siswa, tanggal berapa sekarang ? 25 Bu, jawabnya. Perasaan, ada apa ya di tanggal ini?
Saya agak kaget setelah ingat. Hari ini adalah tanggal 25 Pebruari. Hanif ulang tahun.
Subhanallah.
Alahamdulillah. Tak terasa, jagoan gendut saya sudah 4 tahun.
Selamat ulang tahun ya sayang. Maaf, ibu baru ingat. Tapi ibu sudah sms bapak... biasa, apalagi bapak, lupa juga.
Ibu belum bisa ngasih apa-apa ya nak... cuma doa. Tapi doa ini mudah-mudahan mujarab.
Semoga hanif diberikan kesehatan sama Allah. Sehat adalah anugerah yang luar biasa nak...jadi kadang ibu sendiri mengingatkan ibu, bahwa pinter aja ga penting kalo sakit, bahwa ganteng aja ga penting kalo sakit...
Semoga hanif diberikan kesehatan. Syukur alhamdulillah kalau hanif cerdas. Yang penting juga semoga hanif jadi anak soleh. Anak soleh doanya pasti diijabah sama Allah. Anak soleh pasti sayang sama ibu bapaknya.
Mudah-mudahan Allah memanjangkan umur hanif, memanjangkan umur ibu dan bapak, memanjangkan umur kakak-kakak hanif, adik hanif, jadi kita maasih terus bersama.
Begitu ya sayang...
Selamat ulang tahun. Semoga tahun depan hanif bisa sekolah TK di tempat yang baik.
Amiin.





Ibu jadi inget ketika hanif di dalam perut. Ketika mau lahir, luar biasa perjuangan ibu. Rasanya aneh. Kata orang sih, kalau anak ketiga emang serba luar biasa. Pagi itu ibu sama bapak pergi ke bidan emma. Malam minggu tuh. Soalnya ibu mules banget. Ibu pikir malam itu melahirkan. Menurut bidang emma sih, masih lama, maka satu malam itu ibu harus diobservasi. Ibu diopname, agar bisa melihat perkembangan hanif di perut ibu. Pagi-pagi ibu dianjurkan pulang karena ibu harus USG. Akhirnya, dianter Bapak dan Bibi Emi, Ibu ke RS Mitra Keluarga Timur. Selain USG, hanif juga dicek detak jantung dan gerakannya. Ibu agak curiga. Kenapa ya, sepertinya mencurigakan.
Hasil detak jantung dan gerakan hanif, dinyatakan normal tapi agak lambat.
Ibu lupa, kayaknya sih jam 9 malam ibu balik lagi ke bidan emma. Mulesnya luar biasa. Bidan Emma nya sedang pergi ternyata, ke luar kota. Yang ada cuma bidan-bidan pembantu.
Menurut mereka, besok pagi pun belum tentu lahir, karena bayinya masih jauh.
Ya Allah... besok pagi ? Luar biasa. Saat itu ibu stress. Sakit begini harus sampai besok? Itupun belum tentu... Sakitnya aneh lo kak, beda dengan waktu kakak zaidan dan kakak dudun. Ibu sampai jerit-jerit. Antara sakit hebat dan pernyataan bidan yang katanya masih jauh, ibu merasa sangat aneh. Ibu seperti mau melahirkan . Akhirnya karena luar biasa sakitnya, bidan menyarankan ibu diangkat ke ruang bersalin. Saking sakitnya ibu ga bisa duduk di kursi roda.
Alhamdulillah bidan Emma datang. Ga sampai setengah jam, ternyata Alhamdulillah ibu melahirkan hanif.
Hanif lahir dengan berat 3 kg, ternyata ketubannya sudah hijau. Bidan Emma tidak mengatakan apa-apa. Cuma, setahu ibu, kalau begitu kemungkinan bayinya keracunan.
Ya... apapun yang terjadi. Alhamdulillah hanif lahir dengan selamat dan sehat.

Sekarang hanif sudah 4 tahun.... tak terasa.... happy birthday darling...



Kemana Tunjangan Sertifikasi ?

Sedih. Ga punya duit. Ih, terkesan susah banget sih. Inilah nasib seorang guru. Penderitaan akan semakin berat kalau saya memikirkan uang tunjangan sertifikasi yang tak kunjung datang ke rekening suami saya. Akhir tahun kemarin harusnya cair, namun karena ada kesalahan teknis, sampai hari ini tak kunjung datang. Bermula dari pembukaan rekening baru di BRI, khusus dibuat untuk tunjangan sertifikasi. Dua ratus ribu. Sebenarnya, ini pembukaan pertama. Pembukaan kedua adalah Bank Jabar. Harus bank Jabar. Maka kamipun buka rekening Bank jabar. Seratus ribu. Demi uang tunjangan sertifikasi. Desas desus banyak sekali beredar. Kali lain desas desusnya adalah boleh bank mana saja, kali lain harus BRI, ganti lagi harus Bank Jabar. Isunya, karena ada tercium bau kolusi, maka bank Jabarpun tidak jadi, akhirnya bebas memilih bank. Dan, terpilihlah BRI sebagai bank penerima tunjangan sertifikasi atas nama suami saya. Malang tak dapat ditolak, ternyata pada saatnya cair, nomor rekening sudah diblokir karena saldonya tidak memenuhi batas minimal.

Yang agak menenangkan hati, setelah browsing internet, terdapatlah data 300 an orang lebih yang belum mendapat uang tunjangan karena beberapa sebab. Yang saya heran, kenapa tidak kunjung cair ya ? Atau saya ganti pertanyaan deh, sampai berapa bulan pengurusan ini harus dilakukan ? Suami saya sudah langsung menelepon pihak Diknas yang mengurusi bagian ini, hasilnya, harus segera membuka rekening baru. Sudah dilakukan, KEmudian menyerahkan kembali ke Diknas Kabupaten. Dinas Kabupatenlah yang akan meneruskannya ke Bandung. Nanti Pak, awal Januari, kata beliau. Sekarang sudah akhir Pebruari. Ditanyakan lebih dari 10 kali.

Beban Mengajar Tahun ini yang Luar Biasa

Senin, 30 Nop 2010

Hari ini hari Senin. Hari tersibuk pertama sepanjang minggu. Bukan saja karena kemarin libur, dan seakan-akan ini menjadi hari rutin terjadi kemacetan dan suasana kalang kabut, tetapi hari ini juga saya mengajar 8 jam pelajaran. Nyaris penuh dari sepuluh jam pelajaran dalam sehari. Pada awal semester bahkan hari Senin saya dapat sepuluh jam nonstop. Wow. Prestasi yang melelahkan. Alhamdulillah dikurangi 2 jam pelajaran setelah saya sedikit mengeluh, karena setiap Senin pasti saya sesak nafas.

Tahun ini saya mengajar 2 mata pelajaran. Ekonomi dan Leadership. Total jumlahnya 30 jam. Senin 8 jam, Selasa 8 jam, Rabu 6 jam, kamis 4 jam, jumat 4 jam. Lumayan menguras tenaga, apalagi Senin dan Selasa.
Hari Rabu, Kamis dan Jumat saya agak longgar. Biasanya hari-hari tersebut pengembangan pelajaran. Tapi karena 2 mata pelajaran, waktu saya agak terasa sempit untuk mengembangkan diri.
Capek banget rasanya.

Di lain pihak, setahu saya, ada unit lain yang hanya diberi maksimal 18 jam per minggu. Sisanya dipergunakan untuk pengembangan. Jelas leluasa, dibandingkan 30 jam pelajaran.
Bagaimana mengambil keputusannya tentang perbedaan seperti itu?

Saya sih berdoa, semoga saya bisa memanfaatkan waktu yang agak sulit dicari ini.

Ada kabar mengejutkan saya hari Jumat kemarin. Mengejutkan sekaligus mengkhawatirkan, tentang rekening BRI suami yang ternyata sudah diblokir. Padahal seharusnya uang tunjangan sertifikasi sudah turun. Innallillahi.

Suatu hari di Bimbel XII IPS

Sabtu, 28 Nopember 2010

Hari ini jam bimbel saya pakai untuk melanjutkan ujian praktik akuntansi. Gusti Alloh, sudah seminggu anak-anak ujian praktik ga selesai-selesai. Susah kali ya.
Sambil memperhatikan anak-anak yang kebingungan mendapatkan kenyataan Neraca Saldonya tidak balance, saya sembari membuat perangkat pembelajaran. Terlihat, sesekali anak-anak tertawa miris melihat angka-angka tak nyata yang menyusahkan, atau mereka sedikit bernyanyi-nyanyi melepas ketegangan.
Dasar bocah. Tetapi memang, gaya belajar semua anak bisa jadi berbeda, dan sulit untuk kita menyamakan perbedaan seperti itu. Karena tidak penting untuk disamakan, maka saya berupaya menerima mereka apa adanya.
Langkah awal, hari ini saya menetapkan bahwa kertas kerja harus selesai. Keluhan langsung susul menyusul. Padahal diambil saja belum lembar praktik mereka di meja saya. Setelah menyiapkan alat tulis dan menyimpan buku catatan mereka, satu persatu mulai mengambil lembar praktik dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Beberapa anak sudah menyelesaikan buku besar. Ada yang bahkan hari ini mulai masuk kertas kerja. Yang parah, ada yang masih mengerjakan jurnal khusus.
Sudah hampir 2 jam. Mangesti sudah mulai teriak. Lagu dong laguuuuu... Justien Bieber... setres tau...Restii.. Justien Biebier. Ayo dong HP nya yang ada Justien Biebernya ... Pliiiis... suaranya yang melengking agak mengganggu suasana. Yang lain mulai menyahut ringan .. Berisik tauuu...
Ayo ah... setengah jam lagi. Saya berusaha mengingatkan mereka tentang arti sebuah deadline.” Buuu... ngantuk..”, Atun mengeluh santai... Idih, kok sempet sih ngantuk , kurang susah kali ya soalnya..
Suara Justien Bieber mulai menyeruak. Bibir anak-anak mulai ikut mengikuti si Bieber. ... “Ayo konsentrasi lagi”... saya mengingatkan kembali.
“Ayo... ayo ... gue mau bikin AJP”,... Resti mulai bersemangat. Yang lain sepertinya juga ada yang sudah mulai AJP.
“Eeeh... jangan ikut-ikutan nyanyi doong...”... Mangesti mulai teriak lagi, “Berisik ah, ga kedengeran JBnya...”.. Atun mulai protes, ..”suka-suka gue dooong”.
Mereka mulai mengatur diri masing-masing. Lama-lama lagunya berhenti. Mungkin sudah merasa tidak konsentrasi. Suasana hening kembali,
“Kok lagunya berhenti siih”, Dina mengoreksi keadaan. Lagu kembali terdengar.
Beberapa kali Fathin menghampiri saya. “Bu, betul ga begini ?”.. saya melirik lembar jawabannya..Saya memonyongkan bibir tanda setuju. Fathin kembali duduk sambil tersenyum bahagia.
“Lapeer tauuu..”, sekarang Resti yang meradang.
Yusran dan Dicky tak bergeming. Hanya memandangi teman-temannya yang kepusingan. Kok bisa sih, tanpa mengerjakan apa-apa.
Beberapa anak membentuk paduan suara.
Fathin kembali menghampiri. “Nomor dua gimana bu ?”. Saya mengambil lembar soal dari tangannya. “Dihitung dulu berapa penjualan bersihnya”. Fathin menimbang-nimbang soal itu. Mulutnya sedikit bergumam..Mmmm... begitu ya..
Azan Dzuhur terdengar. Alhamdulillah. Saya mau sholat dulu ah. Suatu ketika saya ingin menulis tentang pelajaran saya di Pesantren Al Ittifaq Ciwidey Bandung. Tentang pentingnya sholat tepat waktu.
Beberapa menit lagi jam belajar akan habis. Saya tak boleh berhenti terus menyemangati mereka. Mereka harus memahami pentingnya belajar. Karena tidak tahu, siapa yang akan jadi apa nantinya. Tetapi minimal, karena mereka sudah belajar, mereka punya bekal untuk menjadi bijaksana. Good Luck ya.

Tari Saman SMA al muslim

Andai ketika saya muda dulu saya mengenal tari saman demekian dekat seperti sekarang, mungkin ceritanya akan lain.

Saman adalah tarian khas Tanah Gayo. Di





tarikan bersama-sama. Lebih banyak penari, kalau menurut saya lebih asyik. Perpaduan kecepatan dan ketepatan gerakan tangan dan kepala sangat eksotis. Membuat penikmat seni berdecak kagum.


Selasa, 22 Februari 2011

Homestay Pangalengan, 21, 22, 23 Januari 2011

Wow. Ke Pangalengan lagi. Seperti biasa, homestay.
Kegiatan ini rutin diadakan di SMA Al Muslim.



Kontributor, Workshop Kewirausahaan Sosial British Council di Ponpes Al ittifaq

Alhamdulillah, senangnya dapat telepon dari mas Audrey sore itu. Tepat sepekan setelah saya mengikuti kegiatan Homestay di Pangalengan.

Bersama teman-teman dari beberapa daerah di Indonesia: Ada Pak Ir. Azhar Qozazirin, Bapak Budi Purnawanto, ST,M.Mpd., Ibu Iip Waripah, Ibu Ir. Salamah, Bapak Setyawan, Bapak Syaeful Alam, S.PdI., Mbak Mahardhika Sadjad, dan Pak Fajar Anugerah.

Senang rasanya berkumpul dengan para inspirator.

Hanif Hilang

Saya tidak mengada-ada ketika bercerita tentang hanif yang hilang beberapa minggu lalu. Cerita awalnya berlangsung seperti biasa. Sangat biasa. Pada sore itu pulang dari sekolah, kami ke rumah embahnya. Mengobrol sebentar. Tanpa terlalu sering melihat hanif berada di mana. Menjelang maghrib kami beranjak pergi. Kami mendapati ternyata hanif tidak ada. Tidak ada. Kemana ya?
Seseorang berkata, mungkin ikut akmal, sepupunya, ke masjid.
Akhirnya dengan bermotor kami pergi ke musholla. Tidak ada hanif. Saya sudah membayangkan hal yang tidak-tidak. Perasaan, jantung berdegup lebih capat dari biasanya.
Lemas dengkul ini.
Di mana hanif ?
Ayo kita cari ke masjid depan, Pak. Saya mengajak suami bergegas ke masjid depan.
Saya merasa tiba-tiba perasaan ini hampa. Masjid depan kan jauh.
Apa yang terjadi kalau hanif juga tidak ada di sana?
gusti Alloh.
Baru ditinggal sebentar, hanif sudah pergi entah ke mana.
Saya langsung memburu akmal yang terlihat duduk di teras depan masjid.
Mana hanif ?
Nggak tauu...
Haah???
saya agakk melihat si akmal ini seang punya masalah.
Dia seakan-akan sedang menunggu kehadiran saya dan bersiap mengatakan : tidak tahu.
Gak beres nih anak.
Saya mencurigai sesuatu.
Perangai anak ini licik. Saya merasakannya.
Sekembalinya kami ke arah rumah embah kembali, kami bertemu beberapa orang.
Saya sempat berbincang dengan suami saya di motor. Saya kurang tahu persis, apakah suami saya juga mendengarkan kata-kata saya, yang pasti saya juga kurang menangkap jelas jawabannya.
Perilaku orang panik.
Dalam hati saya terus mengutuk akmal, saya yakin betul dia tau hanif tadi mengikuti dia.
sesampainya di rumah embah, beliau terlihat berdiri panik juga. Raut mukanya serius. Sayup-sayup saya mendengar suara tangisan hanif. Ow... sudah ketemu, rupanya.
Alhamdulillah. Saya memeluk hanif erat. Maafin ibu ya nak..
Terbata-bata hanif bercerita tentang petualangannya barusan.
embah memperjelas cerita hanif.
Jadi ceritanya, akmal bersepeda akan pergi ke masjid. Hanif ingin ikut. Entah akmal tau atau tidak. Hanif berlari mengejar akmal. Entah di mana, si gendut hanif tidak lagi mampu mengejar kayuhan sepeda akmal. Dia tersesat ke daerah yang agak jauh dari rumah embah. Ditemukan oleh seorang tetangga yang juga bertanya, ini anak siapa.
Namamu siapa ? Hanif
Ibumu namanya siapa? Ibu hanif
Bapakmu namanya siapa ? bapak hanif
Hari itu kami sempat kehilangan hanif.
hari itu juga kami bertekad, hanif harus ikut kemanapun kami pergi...
Walau dada masih berdebar, dan kaki terasa lemas, saya masih belum merubah pendapat tentang akmal : hati-hati terhadap anak itu!

Selasa, 08 Februari 2011

Saya mengambil pelajaran dari kematian Adjie Massaid


9 Pebruari 2011. 4 hari setelah wafatnya Adjie Massaid.
Masih merasa kehilangan, mungkin karena mendadak mengagumi almarhum. Mati muda, di tengah kesuksesan, mungkin di tengah kebahagiaannya hidup di dunia. Di tengah produktivitas kerja yang tinggi. Di saat sedang menikmati hidup.
Mungkin juga karena ketiba-tibaannya ini kemudian seakan-akan mengingatkan saya tentang keberartian semua orang dalam hidup ini. Terutama suami dan anak-anak.

Secara, apa sih yang saya tidak punya dalam hidup ini? Suami yang baik, anak-anak yang banyak, semoga soleh solehah. Pekerjaan dan anak-anak murid yang menyenangkan, teman-teman yang sudah seperti saudara.( Walaupun ada juga hal-hal yang tidak menyenangkan, dan banyak orang yang tidak menyenangkan. Sudahlah. Mereka harus tidak boleh jadi bagian hidup saya. Jadi, tidak selayaknya saya bersedih karena mereka).
Saya seharusnya menikmati hidup ini. Dengan bersyukur atas kehadiran dan kasih mereka. Dengan berterima kasih atas kesetiaan mereka.
Saya tidak bisa membayangkan bernasib seperti Angelina Sondakh dan ribuan wanita lainnya yang tiba-tiba kehilangan suami seperti itu. God... jangan.
Kalau saya boleh memohon ... jangan ....please...
Saya tak berani menghadapi hidup setelah ditinggal kematian orang-orang terkasih. Saya sudah pernah kehilangan bapak.... dan pedihnya masih menyembilu.
Tak terbayangkan juga membesarkan anak-anak sendiri...Oh no....

Tidak masalah menurut saya, saya punya perasaan seperti ini.
Hidup itu belajar, termasuk belajar dari orang lain. selayaknya bisa mengambil hikmah dari kejadian yang menimpa orang lain. Semoga kita tidak mendapat masalah yang sama atau bahkan lebih berat dari itu.