Selasa, 22 Februari 2011

Hanif Hilang

Saya tidak mengada-ada ketika bercerita tentang hanif yang hilang beberapa minggu lalu. Cerita awalnya berlangsung seperti biasa. Sangat biasa. Pada sore itu pulang dari sekolah, kami ke rumah embahnya. Mengobrol sebentar. Tanpa terlalu sering melihat hanif berada di mana. Menjelang maghrib kami beranjak pergi. Kami mendapati ternyata hanif tidak ada. Tidak ada. Kemana ya?
Seseorang berkata, mungkin ikut akmal, sepupunya, ke masjid.
Akhirnya dengan bermotor kami pergi ke musholla. Tidak ada hanif. Saya sudah membayangkan hal yang tidak-tidak. Perasaan, jantung berdegup lebih capat dari biasanya.
Lemas dengkul ini.
Di mana hanif ?
Ayo kita cari ke masjid depan, Pak. Saya mengajak suami bergegas ke masjid depan.
Saya merasa tiba-tiba perasaan ini hampa. Masjid depan kan jauh.
Apa yang terjadi kalau hanif juga tidak ada di sana?
gusti Alloh.
Baru ditinggal sebentar, hanif sudah pergi entah ke mana.
Saya langsung memburu akmal yang terlihat duduk di teras depan masjid.
Mana hanif ?
Nggak tauu...
Haah???
saya agakk melihat si akmal ini seang punya masalah.
Dia seakan-akan sedang menunggu kehadiran saya dan bersiap mengatakan : tidak tahu.
Gak beres nih anak.
Saya mencurigai sesuatu.
Perangai anak ini licik. Saya merasakannya.
Sekembalinya kami ke arah rumah embah kembali, kami bertemu beberapa orang.
Saya sempat berbincang dengan suami saya di motor. Saya kurang tahu persis, apakah suami saya juga mendengarkan kata-kata saya, yang pasti saya juga kurang menangkap jelas jawabannya.
Perilaku orang panik.
Dalam hati saya terus mengutuk akmal, saya yakin betul dia tau hanif tadi mengikuti dia.
sesampainya di rumah embah, beliau terlihat berdiri panik juga. Raut mukanya serius. Sayup-sayup saya mendengar suara tangisan hanif. Ow... sudah ketemu, rupanya.
Alhamdulillah. Saya memeluk hanif erat. Maafin ibu ya nak..
Terbata-bata hanif bercerita tentang petualangannya barusan.
embah memperjelas cerita hanif.
Jadi ceritanya, akmal bersepeda akan pergi ke masjid. Hanif ingin ikut. Entah akmal tau atau tidak. Hanif berlari mengejar akmal. Entah di mana, si gendut hanif tidak lagi mampu mengejar kayuhan sepeda akmal. Dia tersesat ke daerah yang agak jauh dari rumah embah. Ditemukan oleh seorang tetangga yang juga bertanya, ini anak siapa.
Namamu siapa ? Hanif
Ibumu namanya siapa? Ibu hanif
Bapakmu namanya siapa ? bapak hanif
Hari itu kami sempat kehilangan hanif.
hari itu juga kami bertekad, hanif harus ikut kemanapun kami pergi...
Walau dada masih berdebar, dan kaki terasa lemas, saya masih belum merubah pendapat tentang akmal : hati-hati terhadap anak itu!

Tidak ada komentar: