Selasa, 08 Februari 2011

Saya mengambil pelajaran dari kematian Adjie Massaid


9 Pebruari 2011. 4 hari setelah wafatnya Adjie Massaid.
Masih merasa kehilangan, mungkin karena mendadak mengagumi almarhum. Mati muda, di tengah kesuksesan, mungkin di tengah kebahagiaannya hidup di dunia. Di tengah produktivitas kerja yang tinggi. Di saat sedang menikmati hidup.
Mungkin juga karena ketiba-tibaannya ini kemudian seakan-akan mengingatkan saya tentang keberartian semua orang dalam hidup ini. Terutama suami dan anak-anak.

Secara, apa sih yang saya tidak punya dalam hidup ini? Suami yang baik, anak-anak yang banyak, semoga soleh solehah. Pekerjaan dan anak-anak murid yang menyenangkan, teman-teman yang sudah seperti saudara.( Walaupun ada juga hal-hal yang tidak menyenangkan, dan banyak orang yang tidak menyenangkan. Sudahlah. Mereka harus tidak boleh jadi bagian hidup saya. Jadi, tidak selayaknya saya bersedih karena mereka).
Saya seharusnya menikmati hidup ini. Dengan bersyukur atas kehadiran dan kasih mereka. Dengan berterima kasih atas kesetiaan mereka.
Saya tidak bisa membayangkan bernasib seperti Angelina Sondakh dan ribuan wanita lainnya yang tiba-tiba kehilangan suami seperti itu. God... jangan.
Kalau saya boleh memohon ... jangan ....please...
Saya tak berani menghadapi hidup setelah ditinggal kematian orang-orang terkasih. Saya sudah pernah kehilangan bapak.... dan pedihnya masih menyembilu.
Tak terbayangkan juga membesarkan anak-anak sendiri...Oh no....

Tidak masalah menurut saya, saya punya perasaan seperti ini.
Hidup itu belajar, termasuk belajar dari orang lain. selayaknya bisa mengambil hikmah dari kejadian yang menimpa orang lain. Semoga kita tidak mendapat masalah yang sama atau bahkan lebih berat dari itu.

Tidak ada komentar: