Rabu, 18 Juni 2008

Semua Allah yang punya

Jadi ingin menulis tulisan W.S. Rendra. Sekedar mengingatkan diri sendiri, bahwa diri inipun titipanNya.
-----



Sering kali aku berkata, ketika semua orang memujiku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa jabatan hanya titipanNya,
bahwa rumahku hanya titipanNya,
bahwa hartaku hanya titipanNya,
bahwa putraku hanya titipanNya,

tetapi mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku ?
untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?
adakah aku memiliki hak atas semua yang bukan milikku ?
mengapa hatiku terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali olehNya?
ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil
lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas
dan ku tolak sakit, ku tolak kemiskinan
seolah, semua derita adalah "hukuman" bagiku
seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika

aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku
dan nikmat dunia kerap menghampiriku
kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku"
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku
Gusti, padahal setiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah
" ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"


-------

To Brother:
pernikahan itu toleransi. Keep it.

Tidak ada komentar: