Rabu, 18 Juni 2008

Lulus UN

Ujian Nasional. Sepertinya biasa saja. Apalagi terdengar berita kebocoran UN di mana-mana.
Ujian Nasional jadi tanpa arti. Bisa jadi, ketika semua orang menandai UN dengan "bantuan guru", atau UN disamakan dengan"formalitas", UN sama dengan "harus lulus dengan cara apapun, UN artinya " guru membetulkan jawaban siswa".... UN akan jadi tak ada artinya .

Tapi coba lihat dampak UN yang terjadi pada peserta yang tidak lulus. Terbayangkah sebelumnya mereka tidak akan lulus ? Tahukah mereka, tidak semua guru melakukan kecurangan ? Tahukah masyarakat banyak bahwa UN juga bisa menipu semua orang.
Bisa jadi, di beberapa sekolah terjadi kecurangan, semua anak lulus. Di sebagian sekolah yang lain, tidak ada kesempatan curang. Beberapa anak tidak lulus.

Terbayangkah, jika anak-anak sekolah merasa tidak perlu belajar, karena berkembang isu akan dibantu oleh guru, ternyata gurunya tidak bisa berkutik karena takut dipenjara ? atau ternyata ada faktor keteledoran penghapusan... sehingga tidak terbaca oleh komputer ?

Lihatah faktanya. Ribuan anak SMA dan SMK di Indonesia tidak lulus UN.
Buram terbayang masa depannya. Masih mending anak SMA, bisa ikut ujian kesetaraan. Sementara anak SMK ? Belum ada perangkat yang disiapkan pemerintah. Alhasil, kemungkinan besar, banyak anak yang sekolah di SMK akan dapat ijazah kesetaraan dari SMA.

Bukan hanya terbayang penyesalan yang tak terkira, namun pasti rasa malu hinggap tak mau pergi. Semoga tak akan kita dengar berita anak SMA atau anak SMK yang gagal UN, bunuh diri.

Guru berada di persimpangan jalan. Jalan mana yang harus ditempuh ?
Tahukah semua orang, menjadi guru adalah pekerjaan yang tidak gampang.
Ternyata persoalan kemanusiaan akan main di dalamnya. Bisa jadi itulah yang mendasari banyak guru dihadapkan pada aturan hukum dan dinyatakan bersalah karena membocorkan rahasia negara.
Sementara, orang tua yang anaknya di"bantu" pun bisa jadi tidak akan membela guru, yayasan yang menaungi pun akan malu gurunya bermain curang. Akhirnya dipecat.

Oh, kasihan benar nasibmu, Umar Bakri !


Ayolah para guru,
kita tidak hanya hidup di dunia. Perjuangkan juga akhiratmu !


....

Tidak ada komentar: